Pulau Kemaro, Delta Kecil dengan Klenteng dan Pagoda di Sungai Musi

14:59:00


Pulau Kemaro, delta di Sungai Musi yang terletak 6 km dari Jembatan Ampera. Penasaran dengan Pulau Kemaro saya pun mencari informasi cara untuk mengunjunginya. Saya diarahkan pergi ke sebuah dermaga di depan Benteng Kuto Besak. Terdapat banyak penyewaan perahu di dermaga tersebut, ada perahu tongkang, perahu ketek dan speedboat. Karena harga sewa yang menurut saya lumayan mahal, saya pun berusaha mencari orang yang punya tujuan sama ke Pulau Kemaro. Setelah berkeliling di sekitaran Benteng Kuto Besak, saya tidak mendapatkan teman juga, akhirnya saya pun menyewa kapal ketek sendiri setelah menawar harga sewa dari Rp.300.000,- menjadi Rp.200.000,-. Perjalanan menuju Pulau Kemaro ditempuh sekitar 30 menit melewati kawasan industri Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina.

(Kapal ketek, salah satu transportasi untuk menuju Pulau Kemaro)

(Perjalanan menuju Pulau Kemaro melewati kawasan industri Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina
dengan kapal-kapal besar yang mengelilinginya)

Begitu menginjakkan kaki ke pulau dan melewati pintu gerbang yang syarat dengan ornamen cina, saya melihat sebuah batu (prasasti buatan) di samping sbuah klenteng yang menceritakan legenda asal usul Pulau Kemaro. Menurut legenda pada zaman dahulu ada seorang saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An datang ke Palembang untuk berdagang. Ketika ia meminta izin ke Raja Palembang, ia bertemu dengan putri raja yang bernama Siti Fatimah. Ia langsung jatuh hati, begitu juga dengan Siti Fatimah. Mereka pun menjalin kasih dan berniat untuk ke pelaminan. Tan Bun An mengajak sang Siti Fatimah ke daratan Cina untuk diperkenalkan dengan orang tua Tan Bun Han. Setelah beberapa waktu, mereka kembali ke Palembang. Orang tua Tan Bun Han Bersama menghadiahi tujuh guci yang berisi emas untuk dibawa ke Palembang. Sesampai di muara Sungai Musi Tan Bun han ingin melihat hadiah emas di dalam guci tersebut. Tetapi alangkah kagetnya karena yang dilihat adalah sayuran sawi-sawi asin. Tanpa berpikir panjang ia membuang guci-guci tersebut kelaut, tetapi guci terakhir terjatuh diatas dek dan pecah. Ternyata didalamnya terdapat emas. Tan Bun Hanpun langsung terjun ke dalam sungai untuk mengambil emas-emas dalam guci yang sudah dibuangnya tersebut. Seorang pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, tetapi kedua orang itu tidak kunjung muncul, akhirnya Siti Fatimah memutuskan untuk menyusul dan terjun ke Sungai Musi untuk menolong. Sebelum terjun ke sungai sang putri berpesan jika ada tumpukan tanah di tepian sungai ini berarti itu kuburannya. Setelah ditunggu beberapa lama ketiganya tidak kunjung muncul.






Beberapa hari setelah peristiwa tersebut muncul tumpukan tanah di tepian sungai, lama kelamaan tumpukan tersebut semakin membesar dan menjadi sebuah pulau. Nama Kemaro adalah bahasa lokal yang dapat diartikan dengan dengan kemarau. Menurut penduduk tepian Sungai Musi, pulau ini tidak pernah pernah digenangi air meskipun volume air Sungai Musi sedang meningkat. Untuk mengenang mereka bertiga dibangunlah sebuah kuil dan makam untuk ketiga orang tersebut.

Di Pulau Kemaro terdapat sebuah Klenteng Hok Tjing Rio atau lebih dikenal Klenteng Kuan Im yang dibangun sejak tahun 1962. Di depan klenteng terdapat makam Tan Bun An dan Siti Fatimah yang berdampingan. Klenteng ini selalu dikunjungi penganutnya terutama pada perayaan Cap Go Meh. Selain klenteng, di pulau ini terdapat bangunan Pagoda berlantai 9 yang menjulang ditengah-tengah pulau. Dibandingkan dengan klenteng, bangunan Pagoda terbilang bangunan baru yang didirikan tahun 2006. Klenteng dan pagoda ini lah yang menjadi objek wisata utama di pulau ini. 





You Might Also Like

0 comments